PERAWATAN PAYUDARA
Salah satu penentu
optimalnya tumbuh kembang bayi saat lahir adalah nutrisi yang baik. Air susu
ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan.
Diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat
menyusui bayinya, salah satunya dengan
melakukan perawatan payudara pada masa antenatal. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya
hubungan perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada
ibu primipara post partum di RSU Dr
Saiful Anwar Malang. Penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Adanya hubungan perawatan payudara pada masa antenatal dengan kecepatan
sekresi ASI pada ibu primipara post partum diuji menggunakan uji chi-square, korelasi spearman
dan odds ratio. Hasil analisis statistik mengenai
kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum sebagian besar menunjukkan
sekresi yang tergolong cepat atau kurang dari 24 jam (53,3%) terutama pada kelompok ibu yang melakukan
perawatan payudara. Hasil uji chi-square
(2= 8,571 dan p =
0,003) menunjukkan ada hubungan antara perawatan payudara masa antenatal
dengan kecepatan sekresi ASI. Hasil uji korelasi (r =
0,535 dan p = 0,002)
menunjukkan adanya perawatan payudara pada masa antenatal, akan
menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau kurang
dari 24 jam dengan peluang (odds ratio) 11 kali lebih cepat dibandingkan dengan
ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal.Kata kunci:
perawatan payudara masa antenatal, sekresi ASI
(dalam jurnal: HUBUNGAN PERAWATAN
PAYUDARA MASA ANTENATAL DENGAN KECEPATAN SEKRESI ASI POST PARTUM PRIMIPARA).
Menyusui dan merawat payudara
adalah satu rangkaian upaya untuk memperbanyak produksi air susu Ibu (Asi) dan
menyusui dengan benar, sehingga bayi mendapatkan asi yang cukup . (Harni
koesno, 2005). Seiring dengan perkembangan
zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian
pesat. Ironisnya, pengetahuan lama yang
mendasar seperti menyusui dan merawat
payudara justru kadang terlupakan .Dari
hasil penelitian RSIA Siti Khadijah
Makasar (2006) ada 60,0 % Ibu yang melakukan perawatan payudara dengan kategori
baik dan 40,0 % Ibu yang melakukan perawatan payudara dengan kategori kurang. (Andriani
WN,2006). Dua penelitian terhadap 900 Ibu di sekitar Jabotabek (1995) diperoleh
fakta bahwa Ibu yang pernah mendengar informasi mengenai Asi dan perawatannya
sebanyak 37,9 % sedangkan 70,4 % Ibu tak pernah mendengar informasi tentang Asi
dan perawatannya (Utami roesli, 2000).Sebenarnya menyusui dan merawat payudara
merupakan cara yang alamiah. Namun, sering kali
ibu-ibu kurang mendapatkan informasi .aahkan mendapat informasi yang
salah. Untuk itu perlu ditingkatkan pelayanan dan penyuluhan bagi Ibu yang
berhubungan dengan cara perawatan payudara yang benar, untuk kelancaran
pengeluaran.air susu Ibu (Asi) mengingat asi memiliki manfaat yang besar bagi
bayi (Bonny danuatmaja dkk, 2003). (dalam jurnal: GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TERHADAP PERAWATAN PAYUDARADI RUANGAN RB I RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2008).
Seorang ibu memiliki peran utama
untuk memberikan asupan yang baik bagi bayi, sehingga pada saat menyusui tidak
menghadapi masalah pada dirinya maupun bayi, sebagaimana diungkapkan Puspitorini (2011), masalah–masalah dalam
menyusui yang sering timbul pada payudara yaitu payudara penuh, nyeri puting,
infeksi payudara (mastitis), 89Media SainS, Volume 5 Nomor 1, April 2013 ISSN 2085-3548 saluran air susu tersumbat,
puting susu datar, jumlah ASI kurang dan jumlah ASI berlebihan. Ibu yang menyusui
bayinya harus melakukan perawatan payudara dan puting susu merupakan
suatu hal yang sangat penting, perawatannya meliputi payudara harus dibersihkan
dengan teliti setiap hari sebelum mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui,
hal ini akan mengangkat kolostrum yang
kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik
ke puting maupun ke mulut bayi. Perawatan payudara bagi seorang ibu menjadi
upaya yang pokok dalam meningkatkan kesehatan bayi pada masa yang akan datang,
karena itu ada beberapa insiden yang dilaporkan
paling sedikit 33% wanita mengalami
masalah, tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003).
Masalah utama yang diderita oleh
ibu yang menyusui pada daerah payudara adalah puting susu lecet/nyeri,sekitar 57%
dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada
putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak
sering terjadi pada hari ketiga dan keempat
sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus
lactifererus dan mastitis
serta abses payudara yang merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis
yang disebabkan karena meluasnya peradangan payudara, sehingga
dapat menyebabkan tidak terlaksananya
ASI ekslusif (Soetjiningsih, 1997).Fenomena
yang terjadi pada masa menyusui yang terdata pada Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) menunjukan bahwa masalah-masalah menyusui ini masih terus
terjadi. Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI, 2007), diusia lebih dari 25 tahun
sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui bayinya karena terjadi
pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai
32,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anak mereka.Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami
mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya
perawatan payudara selama kehamilan, masa menyusui serta pengetahuan ibu yang
kurang tentang menyusui (Subujaktosaja, 2011). (dalam jurnal: PEMBENGKAKAN PAYUDARA IBU POST SEKSIO
SESARIE PADA MASA MENYUSUI DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ADE MOHAMMAD DJOEN SINTANG)
Produksi ASI yang dihasilkan oleh kelenjar susu,
adalah makanan terbaik untuk kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan bayi
selama 6 bulan pertama kehidupannya yaitu berupa Perawatan payudara kurang baik, serta gangguan
produksi yang terjadi pasca persalinan menyebabkan berkurangnya produksi yang
berakibat pada defisiensi berbagai bahan nutrien yang sangat dibutuhkan oleh
bayi selama proses pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan
menetapkan faktor determinan (status gizi, perawatan payudara, konseling
laktasi, konsumsi obat-obatan, kemampuan bayi menyusu)terhadap produksi ASI, di
Puskesmas Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.Desain penelitian
adalah Cross Sectional Study,denganunit
observasi ibu menyusui dengan bayi dan anak umur 6-24 bulan, sebanyak 276 ibu,
ditarik secara simple random sampling,
dari populasi penelitian.Data dianalisis secara univariat, bivariate
dengan Chi-square test, danmultivariat
dengan uji Regresi Linier Berganda
Logistik.Hasil penelitian menemukan 4 variabel
(status gizi, perawatan payudara, konseling laktasi, dan kemampuan bayi
menyusu dengan nilai signifikansi p < 0,05) menentukan produksi
ASI.Kesimpulan:variabel (status gizi, konseling laktasi, kemampuan bayi
menyusu,dan perawatan payudara) adalah determinan terhadap produksi ASI, sedangkan
perawatan payudara adalah determinan utama terhadap produksi ASI. (dalam jurna
: FAKTOR DETERMINAN PRODUKSI ASI PADA IBU
MENYUSUI DI PUSKESMAS TALAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO)